save our nation!

Topik utama yang saya dengar kian mencuat ke permukaan akhir-akhir ini adalah mengenai demo anarkis para demonstran menuntut pemekaran wilayah provinsi Tapanuli yang berbuntut tibanya ajal Abdul Ajiz, ketua umum DPRD Sumatera Utara sang pemimpin sidang. Tewasnya Abdul Ajiz ini ditenggarai oleh penyerangan para demonstran yang tidak puas akan hasil sidang tersebut. Polisi menyatakan, tewasnya sang ketua tersebut dikarenakan serangan jantung yang dideritanya. Penyidikan lebih lanjut mengenai insiden ini mari kita serahkan saja kepada para (yang katanya) penegak hukum dan kita tunggu hasilnya. Apa yang terbersit di pikiran anda mengenai kasus ini?

Demokrasi yang kebablasan’, hari ini rasanya sudah berulang kali saya dengar kata-kata itu dari para politikus yang berkomentar tentang kasus diatas. Seakan tidak punya andil dari sistem yang kini dianut oleh bangsa ini, kritikan yang mereka lontarkan saya rasa lebih tepat mereka tujukan pada diri mereka masing-masing untuk direnungi lebih dalam. Dikutip dari Wikipedia, demokrasi sendiri adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah. Dilandasi perwujudan kedaulatan rakyat, maraknya aksi demonstrasi penyaluran aspirasi masyarakat (entah masyarakat mana) nyatanya hanyalah ajang keanarkisan dibawah pengaruh stimuli hasil hasutan kaum yang berkepentingan. Laksana bendungan raksasa yang bobol, bangsa ini semakin kehilangan arah dan tak terkontrol. Kebebasan bersuara dijadikan moment oleh para individu untuk menyuarakan kepentingannya. Muncullah partai-partai yang tidak lain adalah kumpulan individu-individu berkepentingan hampir sama yang pada selanjutnya berlomba-lomba memanfaatkan hasrat rakyat yang haus akan sebuah perubahan dalam aba-aba untuk mendapatkan dukungan mereka. Tumbuh dan berkembang diatas kesilapan masyarakat yang telah berhasil diperdayai dengan jutaan janji manis yang membuai. Uang pun semakin powerful peranannya, menjadikan sistem politik ini sebuah kancah bisnis dengan partai sebagai perusahaannya dan masyarakat sebagai pangsa pasar sasaran utama.

Kini rakyat pun kian kebingungan. Penantian akan datangnya sang ratu adil nampaknya masih banyak bersemayam dalam mimpi-mimpi mereka. Tokoh ideal dianggap lebih penting daripada sistem pemerintahan yang baik. Diluar siap atau tidaknya bangsa kita dalam berdemokrasi, mari kita lebih peka dalam mengenal para profesional politik bangsa kita ini.

suara seorang rakyat yang lelah dibuai mimpi dan janji palsu
4 Responses
  1. Anonim Says:

    subhanallah,,,luar biasa sekali,,,
    begitu indah lantunan kata demi kata yang penuh makna dan menggugah semangat kita akan berpolitik..

    hhahaha
    lieuuurrr


  2. Unknown Says:

    suara rakyat adalah suara tuhan.
    bukan berarti suara rakyat tertentu adalah pasti benar, tapi justru karena ada banyak perbedaan suara karena ada banyak kepentingan, dan kesemuanya itulah yang jadi suara tuhan, hasil integral dari semua suara (dan kepentingan) yang ada.

    memang butuh seorang 'ideal' yang bisa membawa demokrasi dengan baik. demokrasi emang cenderung ngarah ke anarki (menurut gw), dan demokrasi yang baik adalah demokrasi yang terpimpin.


  3. guru fisika gw waktu d ssc pernah bilang, 'ideal' itu artinya ga ada. maksudnya 'ideal' itu cuma angan2 kesempurnaan yang diharapkan atas suatu keadaan. kalo di interpretasiin sama yg lo blg, berarti kita gak akan pernah mencapai demokrasi yang baik dong mo?


  4. Unknown Says:

    demokrasi, apalagi demokrasi pancasila coba lu cari kelemahannya, klo lu ga nemu kelemahannya berarti dia ideal.. yah kita bisa bergerak ke arah sana, tapi mungkin ga akan pernah bisa kita capai dengan sempurna..