Benarkah Kita Bahagia?

Mengapa kita begitu ingin terlihat bahagia? Apakah dengan terlihat bahagia barulah kita bisa benar-benar bahagia? Uang yang kita dapat, dirasa tidak pernah cukup. Kita membeli merk-merk ternama demi disejajarkan kaum borjuis. Kita menghadiri berbagai pertemuan, seminar, kegiatan sosial agar keberadaan kita diakui. Kita mengutip kalimat-kalimat bijak tanpa benar-benar faham maknanya. Kita pergi berlibur ke tempat-tempat bagus dan mahal bukan lagi untuk menyegarkan pikiran, namun supaya dianggap mampu dan berselera tinggi. Kita tidak lagi berdoa di rumah ibadah, melainkan di media sosial. Kita mengeluarkan komentar simpati terhadap bencana, kekacauan dan kemalangan orang lain seraya diam-diam bersyukur karena hal naas tersebut tidak terjadi pada diri kita. Kita terus menerus menyembunyikan rasa kesepian, rasa lelah karena terlalu banyak berdusta, namun kemudian beralasan bahwa beginilah kehidupan jaman sekarang. Kita menyaksikan banyak ketidak-adilan, kecurangan, kemunafikan tapi memilih tak peduli. Kita semakin tuli terhadap rintihan, semakin buta terhadap kesenjangan dan semakin picik demi kepentingan. Kita…