Pada kesempatan ini, terlebih dulu saya ucapkan selamat Hari Ibu buat ibu saya, dan ibu-ibu lain di seluruh dunia! Wanita no.1 yang selalu menemani dan membimbing saya menemukan makna dari hidup.
Tanpa mengecilkan peran para pria, kali ini saya akan membahas peran seorang wanita dalam pembentukan karakter manusia. Tentu kita lahir dari rahim setiap ibu bukan? Yaa, masing-masing jiwa manusia yang suci muncul dan mengenal dunia atas jasa sang ibu. Jiwa ini akan tumbuh dan belajar tentang dunia di kemudian harinya. Itulah mengapa peran wanita (ibu) akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh dan kembang putra-putrinya. Sebagai pendidik, sikap dan tutur ucap yang dilakukan akan menjadi cerminan bagi si terdidik. Makna dari sebuah petuah dan nasihat akan lebih berarti jika dalam praktek praktiknya disetai dengan tauladan pula. Pendidikan yang dilakukan seorang ibu bukan hanya bertujuan menjadikan seorang anak menjadi gemilang dalam bidang akademis. Apalah artinya menjadi bintang kelas tanpa disetai akhlak terpuji? Menjadi pintar dan cerdas memang penting, tapi selayaknya dapat disertai pembentukan karakter seseorang untuk menjadi manusia berakhlak.
Jaman sekarang ini, tidak sedikit saya lihat para ibu berbondong-bondong menyertakan anak-anaknya dalam berbagai les ini dan itu, bimbel sana dan sini. Tentu tidak salah, selama si anak tidak merasa diberatkan, sah-sah saja mengenalkan mereka pada banyak hal, apalagi hal positif. Tapi tugas seorang ibu tentunya tidak serta merta tuntas dengan mengeluarkan banyak materi bukan? Dalam proses pertumbuhannya menuju dewasa, seorang anak membutuhkan tokoh untuk bisa ditiru dan dijadikan panutan. Seorang pendidik, seorang ibu punya tanggung jawab dalam hal ini. Berhitung cepat, mampu berbagai bahasa, pintar memainkan banyak alat musik. Bukan cuma itu yang dibutuhkan dalam menjalani hidup. Bagaimana cara menyikapi sesuatu, sejatinya lebih penting diajarkan. Dalam perjalanan waktu, tentu tidak semua yang diharapkan bisa terlaksana atau tercapai. Pertemuan dengan batu sandungan dan perbedaan tak bisa kita hindarkan. Lantas, apa yang harus dilakukan seorang anak untuk menghadapinya? Sudah cukupkah pengajaran formal maupun non formal yang diajarkan di sekolah atau bimbingan belajar membekali mereka? Pengajaran di rumah lah yang memegang peranan besar dalam hal ini. Dan seorang ibu adalah sang guru di kehidupan mereka.
Dari pengalaman yang saya alami, saya selalu membutuhkan seseorang untuk sekedar berbagi atau mendengarkan apa yang saya rasakan dalam penemuan-penemuan saya dengan hal baru. Dan seorang teman, walau bisa menjadi tempat berbagi, tetapi tidak selalu bisa memberi masukan positif dalam masalah saya. Masuk lingkungan baru, bertemu orang-orang dengan latar belakang dan karakter berbeda, gagal dalam berusaha, merasa menyerah, putus asa bahkan patah hati. Semua itu lazim terjadi dalam kehidupan dan diperlukan suatu proses pembelajaran terdidik untuk menyikapinya. Sikap-sikap itulah yang yang akan membentuk pola pikir dan perangai si anak sampai ia dewasa.
Itulah peran seorang ibu, seorang wanita dalam keluarga yang menjadi pendidik dan tiang doa bagi keluarganya. Semoga hal ini dapat menjadi bekal bagi calon ibu dan ibu-ibu dalam menghasilkan generasi-generasi cerdas dan berakhlak. Salam :)